Rabu, 18 Juni 2014

Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Wanita Besi Sang Srikandi Perang Kusamba (Feature)

Ilustrasi Ida I Dewa Agung Istri Kanya sedang Memimpin Pasukan Klungkung


Anda pasti tahu srikandi perang Aceh Tjoet Nja’ Dhien atau Tjoet Meutia, lalu Raden Ayu Serang yang dikenal dengan nama Nyi Ageng Serang dari Jawa. Namun, tahukah Anda siapakah sebenarnya Ida I Dewa Agung Istri Kanya?
Ida I Dewa Agung Istri Kanya merupakan salah satu dari sekian banyak para srikandi kemerdekaan Indonesia yang seakan-akan terlupakan oleh para generasi muda Bali. Ia merupakan saudara perempuan dari Dewa Agung, Raja Klungkung yang dijuluki oleh pihak kolonialis Belanda sebagai “wanita besi” karena kegigihannya dalam melawan Belanda pada Perang Kusamba tahun 1849.
Perang Kusamba terjadi setelah benteng Goa Lawah dan Kusamba jatuh ke tangan Belanda, ketika invasi Belanda ke Bali Selatan untuk menguasai Bali. Bersama Anak Agung Ketut Agung dan Anak Agung Made Sangging, Ida I Dewa Agung Istri Kanya memimpin pasukan dan rakyat Klungkung dalam menghadapi serangan penjajah. Pada 25 Mei 1849, pasukan Klungkung yang dipimpin oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya menyerang kemah pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jenderal A.V. Michiels (Perwira Belanda yang berhasil mengalahkan Pangeran Diponegoro di Jawa dan Tuanku Imam Bondjol di Minang). Serangan yang dipimpin oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya membuat pertahanan Belanda di Kusamba kocar-kacir. Kepanikan ini membuat Mayor Jenderal A.V. Michiels tak bisa membedakan mana pasukannya, yaitu Batalyon XIII dan mana pasukan Klungkung. Dalam pertempuran tersebut Mayor Jenderal A.V. Michiels tertembak tepat di paha kanan oleh senjata api cannoners milik pasukan Klungkung yang membuat paha kanannya hancur.
Mayor Jenderal A.V. Michiels tak bisa meneruskan pertempuran dan dievakuasi ke Padang Bai. Mayor Jenderal A.V. Michiels kemudian digantikan sementara oleh Letnan Kolonel van Swieten. Di bawah pimpinan Letnan Kolonel van Swieten, pasukan Belanda kemudian ditarik dari palagan Kusamba menuju Padang Bai. Hal ini serta merta membuat Ida I Dewa Agung Istri Kanya memimpin dan memerintahkan pasukan Klungkung menyerang rombongan pasukan Belanda yang mundur tersebut.
Akibat tembakan dari pasukan Klungkung pimpinan Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Mayor Jenderal A.V. Michiels tak dapat ditolong oleh tim dokter Belanda hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 25 Mei 1849 pukul 23.00. Kematiannya membuat moril pasukan Belanda seketika runtuh, sehingga mereka menarik diri dari Klungkung. Kematiannya juga menambah panjang deretan korban dipihak Belanda selama perang tersebut menjadi 11 orang perwira dan bintara serta 28 orang luka-luka. Sekitar 800 orang pasukan Klungkung gugur sebagai kusuma bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Berhasilnya pasukan Klungkung di bawah Ida I Dewa Agung Istri Kanya membuat namanya harum sebagai srikandi kemerdekaan bangsa, terutama kedaulatan Kerajaan Klungkung.
Pasca Perang Kusamba 1849 dan setelah Raja Klungkung Dewa Agung Putra, saudara laki-lakinya wafat pada 1850, maka tampuk pemerintahan dipegang oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya selama kurang lebih 10 tahun. Selain memegang tampuk pemerintahan, Ida I Dewa Agung Istri Kanya mengisi waktu sebaga sastrawan dengan mengubah dan membuat kidung-kidung. Karya-karya yang terkenal, antara lain: Pralambang Bhasa Wewatekan dan Kidung Padem Warak yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang paling mengesankan dalam hidupnya. (Ida Ayu Putu Novinasari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar